Kamis, 18 Oktober 2012

KEPEMIMPINAN


PENGERTIAN KEPEMIMPINAN MENURUT BEBERAPA TOKOH

1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons).

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling).


4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques).

6. Kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut (John C. Maxwell). Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi.


7. Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus (Young).

8. Kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya (Moejiono, 2002).

9. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.

10. Kepemimpinan merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memberikan kontribusi terhadap keefektivan dan kesuksesan organisasi (House et al, 1999).

11. Kepemimpinan merupakan proses membangun rasa atas apa yang dilakukan bersama sedemikian rupa sehingga orang-orang memahami apa yang dilakukan dan bertanggungjawab (Drath & Palus, 1994).

12. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menapaki budaya dan secara evolusioner mulai berusaha mengubah proses-proses sehingga lebih adaptif (E.H.Schein, 1992).

13. Kepemimpinan adalah menyangkut pengartikulasian visi, pembentukan nilai-nilai, dan menciptakan lingkungan sehingga segala sesuatunya dapat diselesaikan (Richards & Engle, 1986).


14. Kepemimpinan merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orangorang secara institusional, politik, psikologis, dan sumberdaya lain sedemikian rupa, untuk membangkitkan, mengikutsertakan, dan memuaskan motif-motif para pengikut (Burns, 1978).

15. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn, 1978).


TIPE PRILAKU KEPEMIMPINAN DAN GAYA PEMIMPIN
Kreiner menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Hersey menambahkan bahwa kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
Genetic Theory
Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
Traits theory
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- Kemampuan Intelektual
- Kematangan Pribadi
- Pendidikan
- Statuts Sosial Ekonomi
- Human Relation
- Motivasi Intrinsik
- Dorongan untuk maju
Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa, bulan, matahari, bintang.
Behavioral Theory
Karena ketyerbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
a. Authoritarian, Democratic & Laissez Faire
Penelitian ini dilakukan oleh Lewin, White & Lippit pada tahun 1930 an. Mereka mengemukakan 3 tipe perilaku pemimpin, yaitu authoritarian yang menerapkan kepemimpinan otoriter, democratic yang mengikut sertakan bawahannya dan Laissez – Faire yang menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.
b. Continuum of Leadership behavior.
Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt memperkenalkan continnum of leadership yang menjelaskan pembagian kekuasaan pemimpin dan bawahannya. Continuum membagi 7 daerah mulai dari otoriter sd laissez – faire dengan titik dengan demokratis.
c. Teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership – Leadership style matrix.
Konsep ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.
Pembahasan model ini dikembangkan oleh ahli psikologi industri dari Ohio State University dan Universitas of Michigan. Kelompok Ohio mengungkapkan dua dimensi kepemimpinan, yaitu initiating structure yang berorientasi pada tugas dan consideration yang berorientasi pada manusia. Sedangkan kelompok Michigan memakai istilah job-centered dan employee-centered.
d. The Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh Robert R.Blake dan Jane Srygley Mouton dengan melakukan adaptasi dan pengembangan data penelitian kelompok Ohio dan Michigan.
Tipe-tipe kepemimpinan
A. Tipe instruktif,
tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanaan pekerjaan diawasi secara ketat oleh pemimpin.
Ciri-cirinya ;
* Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah dukungan.
* Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan.
* Pemimpin memberitahukan bawahan tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaimana bawahan melaksanakan tugasnya.
* Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakuakn oleh pemimpin.
* Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin
B. Tipe konsultatif,
Kepemimpinan tipe ini masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh pemimpin. Bedanya adalah bahwa tipe konsultatif ini menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang keputusan yang diambil. Sementara bantuan ditingkatkan, pengawasan atas pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
Ciri-cirinya :
* Pemimpin memberikan baik pengarahan maupun dukungan tinggi.
* Pemimpin mengadakan komunikasi dua arah dan berusaha mendengarkan perasaan, gagasan,    dan saran bawahan.
* Pengawasan dan pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
C. Tipe partisipatif,
Sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas.
Belum lama ini Indonesia dihangatkan oleh ramainya pemilukada Gubernur 2012 di ibukota DKI Jakarta. Pasangan cagub-cawagub Jokowi-Ahok, yang akhirnya tampil sebagai pemenang, sempat digoyang oleh isu SARA, di mana Ahok yang merupakan etnis Tionghoa dan beragama Kristen Protestan alias termasuk kaum minoritas, dianggap kurang tepat memimpin DKI yang notabene dihuni mayoritas penduduknya suku Betawi-Jawa dan beragama Islam.
Kisah kemenangan kaum minoritas ini sejatinya bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya di belahan dunia lainnya, hal ini pernah terjadi, bahkan tidak hanya sekali. Berikut ini 6 contoh tokoh dari kaum minoritas di suatu negara atau daerah, yang kemudian berhasil terpilih menjadi pemimpin di wilayah tersebut :




NAMA TOKOH YANG BERHASIL DALAM KEPEMIMPINAN NYA
1. Barack Obama

Tanggal 4 November 2008 menjadi tanggal yang bersejarah bagi Negara adidaya Amerika Serikat. Pada tanggal tersebutlah, negara yang selama ini mengklaim sebagai Negara demokrasi terbesar di dunia itu untuk pertama kalinya memiliki Presiden yang berasal dari ras kulit hitam, ras yang selama ini sering dianggap kelas dua di negara tersebut dan dalam sejarahnya pernah dianggap sebagai bangsa budak. Adalah Barack Hussein Obama Jr., pria yang sukses menciptakan sejarah besar tersebut. Dalam Pemilu presiden A.S tahun 2008 tersebut, Obama yang dijagokan oleh partai Demokrat mengalahkan John McCain, calon dari partai Republik dengan perolehan suara yang cukup telak, 365 berbanding 173 electoral votes. Obama adalah putra dari seorang imigran asal Kenya, dan sewaktu kecil pernah tinggal di Indonesia, tepatnya di daerah Menteng Dalam Jakarta.

2.  Alberto Fujimori


Sosok yang kontroversial ini adalah pria keturunan Asia pertama yang menjadi kepala negara di Amerika Latin, ketika dirinya sukses terpilih sebagai Presiden Peru pada tahun 1990. Kemenangannya saat itu bersama partainya yang relatif baru, Cambio 90, dinilai sangat mengejutkan. Fujimori adalah putra dari pasangan imigran asal Jepang yang pindah ke Peru pada sekitar tahun 1934. Jumlah keturunan Jepang sendiri di Peru hanyalah berkisar 0,3 % dari total jumlah penduduk negara tersebut. Masa kepemimpinannya selama satu dekade dari 1990 hingga 2000 melahirkan banyak prestasi sekaligus juga kontroversi. Fujimori sukses melindungi Peru dari ancaman terorisme dan juga menyelamatkan negara yang beribukota di Lima itu dari krisis ekonomi. Namun, dia juga disebut melakukan pelanggaran HAM dalam upaya membersihkan pemberontak sayap kanan, yang menyebabkan ribuan orang tewas selama kurun waktu 10 tahun. Pria yang pernah menjadi rektor ini juga terlibat dalam berbagai skandal, di antaranya skandal mata-mata pada Pemilu 1995, skandal Motensino, serta tragedi penyanderaan di kedubes Jepang di Lima pada tahun 1996-97. Fujimori sempat ditahan di Chile pada 2005, diekstradisi dari sana dua tahun kemudian, hingga akhirnya pada 2009 lalu divonis 25 tahun penjara atas dugaan pelanggaran HAM. Karir politiknya kini diteruskan oleh putrinya, Keiko Fujimori.

3.  Basuki Tjahja Purnama


Dari dalam negeri, salah satu contoh sosok yang sukses menembus dominasi mayoritas dalam pemilihan umum adalah Basuki Tjahja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok. Ahok, yang notabene berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen, secara mengejutkan berhasil memenangi pemilukada Bupati kabupaten Belitung Timur tahun 2005. Padahal, Belitung Timur selama ini dikenal sebagai basis dari Masyumi dan pada Pemilu 2004 dikuasai oleh Partai Islam. Selama menjabat sebagai bupati, pria bernama asli Zhong Wan Xie ini berhasil membangun kabupaten Belitung Timur dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi seluruh warga, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan berbagai jalan, hingga perbaikan berbagai prasarana serta pelayanan publik lain. Ahok sempat dicalonkan sebagai calon gubernur Bangka Belitung pada pemilukada 2007 namun gagal. Terakhir, Ahok maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo alias Jokowi pada pemilukada 2012, dan sukses tampil sebagai pemenang.

4.  Bobby Jindal


Selain Barack Obama, dalam institusi yang lebih rendah (tepatnya tingkat negara bagian/State), terdapat pula tokoh dari etnis minoritas yang berhasil menjadi pemerintah di A.S. Adalah Bobby Jindal, seorang keturunan India yang sukses terpilih sebagai Gubernur negara bagian Louisiana pada tahun 2008 lalu. Yang menarik, jumlah keturunan India di Louisiana sendiri hanya sekitar 0,2 % dari total jumlah penduduknya. Jumlah tersebut bahkan masih kalah dari keturunan Asia lain seperti Vietnam dan China, yang juga tak mencapai 1%. Jindal bahkan konon sempat dicalonkan menjadi calon wakil presiden dari partai Republik pada 2008 lalu, dan diisukan kembali dicalonkan untuk pilpres A.S pada 2012 ini. Selama menjabat gubernur, bapak muda kelahiran 10 Juni 1971 ini terbilang sukses menangani masalah kesehatan dan bencana alam di Louisiana.

5.  Manmohan Singh


Di Indonesia, penganut agama Sikh mungkin jumlahnya masih sangat sedikit, sehingga tak heran jika banyak yang belum mengenal agama ini. Di negara asalnya sendiri, India, penganut agama yang mewajibkan umatnya yang lelaki untuk mengenakan sorban ini pun jumlahnya masih tergolong sangat minoritas, yaitu sekitar 1,9% dari total jumlah penduduk India per 2001 atau kurang lebih 19 juta jiwa. Namun, jangan kaget apabila perdana menteri India saat ini (2012) menganut agama tersebut. Manmohan Singh, seorang lelaki paruh baya kelahiran tahun 1932, adalah Perdana Menteri India pertama yang beragama Sikh. Hal ini terjadi setelah Lok Sabha (DPR-nya India) hasil Pemilu 2004 menetapkan Manmohan sebagai perdana menteri India yang baru menggantikan Atal Bihari Vijpayee. Keputusan ini diambil berdasarkan reputasi pria asal Punjab ini yang bersih dari korupsi, di tengah maraknya korupsi di kalangan sejumlah pejabat India lainnya.

6.  Noor Hassanali


Siapapun umat Muslim yang merindukan kembalinya kejayaan Islam di dunia, mungkin perlu belajar banyak dari tokoh satu ini, yang justru nyaris tak terdengar namanya : Noor Hassanali. Hassanali adalah Presiden Trinidad-Tobago pertama yang beragama Islam, yang sekaligus menjadikan dirinya sebagai Muslim pertama dan satu-satunya yang pernah menjadi presiden di negara barat, yang notabene berpenduduk mayoritas non-Muslim. Hassanali berkuasa di negara yang terletak di kepulauan Karibia tersebut selama satu dekade antara 1987 hingga 1997. Pria kelahiran 1918 ini disebut sebagai tokoh paling netral, ramah, dan disegani dalam sejarah perpolitikan di Trinidad-Tobago. Selama menjabat sebagai presiden, pemerintahannya dikenal nyaris tanpa cela, jujur dan amanah, serta merakyat. Hal ini menyebabkannya sangat populer di mata rakyat, hingga mampu terpilih untuk dua kali periode. Pada tahun 2003 lalu, Hassanali mempublikasikan kumpulan pidatonya dalam buku berjudul ‘Teaching Words’. Mantan pengacara ini wafat pada tanggal 25 Agustus 2006. 


Sumber : http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/12/pengertian-kepemimpinan-menurut-para.html, http://hyrra.wordpress.com/2011/05/16/teori-tipe-kepemimpinan/, http://kakjoemendongeng.blogspot.com/2012/09/6-tokoh-kaum-minoritas-yang-berhasil.html

Selasa, 09 Oktober 2012

EFESIEN DAN EFEKTIF


1.      EFESIEN DAN EFEKTIF
perbedaan Efisiensi dan Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.